Desa Adat Timpag Gelar Ngusaba Kelapa

1 month ago 5
ARTICLE AD BOX
Upacara yang merupakan warisan leluhur ini bertujuan sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugrahnya pohon kelapa tumbuh subur di Desa Adat Timpag.

Pelaksanaan Ngusaba Kelapa ini digelar di Pura Mrajapati Agung, Desa Adat Timpag. Seluruh krama yang terdiri dari 871 KK (kepala keluarga) sangat antusias mengikuti.

Di desa in8 ada 1.876 pohon kelapa yang tumbuh subur di atas lahan pelaba Desa Adat Timpag seluas 5,5 hektare. Sementara seluruh krama Desa Adat Timpag rata-rata memiliki kebun kelapa seluas 30 are sampai 1 hektare.

Bendesa Adat Timpag I Gede Made Suastawa mengatakan Ngusaba Kelape ini adalah upacara warisan dari leluhur. Awalnya terdapat pararem Desa Adat Timpag tahun 1988 yang menyebutkan bahwa Ngusaba Kelapa dilaksanakan setiap 25 tahun sekali.

Namun, hasil dari nunasang kepada sulinggih (petunjuk orang suci) Ngusaba ini sebaiknya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Akhirnya pararem tersebut pun diubah di tahun 2013 bertepatan dengan 25 tahun pelaksanakan Ngusaba Kelapa sebelumnya.

"Pararemnya direvisi atas petunjuk Ida Sulinggih. Sehingga Ngusaba ini dilaksanakan setiap 10 tahun sekali," ujarnya ketika ditemui disela-sela acara Ngusaba.

Foto: Bendesa Adat Timpag I Gede Made Suastawa. -DESAK

Suastawa menyebutkan pada intinya tujuan dari Ngusaba Kelapa ini untuk mengucap syukur dan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerahnya pohon kelapa tumbuh subur di Desa Adat Timpag.

Terlebih lagi, kata dia, berkat pohon kelapa ini krama Desa Adat Timpag bisa menggunakan hasilnya untuk kegiatan segala upacara dan upakara di Desa Adat Timpag tanpa ada urunan (iuran) dari krama.

"Istilahnya ngodalin nyuh (membuatkan upakara kepada pohon kelapa) sebagai ungkapan terima kasih. Apalagi seluruh pohon kelapa ini bisa digunakan dan tidak ada yang terbuang," beber Suastawa yang juga seorang dokter hewan ini.

Pelaksanaan Ngusaba Kelapa, menurut Suastawa, sudah dipersiapkan jauh hari dan bakal dilakukan upacara penyineban 20 Oktober 2024 mendatang. Pelaksanaan Ngusaba dimulai dengan upacara nuasen karya, nanceb salon, negteg manik galih, dan maurap-urap.

Kemudian, mendak siwi, nedunang Ida Bhatara, mapepada, tawur, pacaruan, puncak karya, nyegara gunung, dan terakhir dilaksanakan upacara panyineban. "Sebagian rangkaian ngusaba sudah dilakukan. Terakhir nanti upacara panyineban dilaksanakan 20 Oktober," terang Suastawa.

Dalam Ngusaba ini, kata Suastawa, ada bagian krama nunas tirta. Tirta yang ditunas oleh krama ini akan dipercikkan di kebun kelapa masing-masing. Dengan harapan pohon kelapa tumbuh subur. "Karena kami Desa Adat Timpag sebagian besar memiliki kebun kelapa. Rata-rata 3 are sampai 1 hektare," ungkapnya.

Dia berharap dengan adanya Ngusaba ini pohon kelapa yang ada di Desa Adat Timpag tumbuh subur dan hasilnya memuaskan. "Kami lakukan upacara ini bagian juga dari melestarikan tradisi yang sudah diwariskan oleh leluhur kami," aku Suastawa.

Pantauan di lokasi, di sekitar Pura Mrajapati Agung terdapat ribuan pohon kelapa. Ada dua pohon kelapa yang dipasangkan wastra (pakaian) berwarna putih kuning sebagai simbolis pelaksanaan Ngusaba.

Dan dalam pelaksanaan Ngusaba ini dari segi biaya Desa Adat Timpag melakukan secara gotong royong. Artinya, masyarakat sangat antusias mapunia. Ada pula menggunakan kas adat, usaha-usaha panitia hingga urunan krama. "Kira-kira dana untuk Ngusaba Kelape ini kami habiskan sekitar Rp 450-500 juta," tandas Suastawa.7des
Read Entire Article